Minggu, 29 Agustus 2010

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN
Kata media dalam “media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara atau pengantar; sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”. Dengan demikian, media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan belajar (learning matterial) yang diterima siswa diperoleh melalui media. Hal ini sesuai dengan pendapat Lesle J. Briggs (1979) yang menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “the physical means of conveying instructional content..book, films, videotapes, etc. Lebih jauh Briggs menyatakan media adalah “alat untuk memberi perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar. Sedangkan mengenai efektifitas media, Brown (1970) menggaris bawahi bahwa media yang digunakan guru atau siswa dengan baik dapat mempengaruhi efektifitas proses belajar dan mengajar.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikembangkan beberapa pemahaman tentang posisi media serta peran dan kontribusinya dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa pemahaman itu antara lain : (1) media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan ataupun penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. (2) aplikasi media pembelajaran berpijak pada kaidah ilmu komunikasi, yang antara lain dikatakan Lasswell (1982) “who says what in which channels to whom in what effect” Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :
Who, siapa yang menyatakan? (guru, widyaiswara, instruktur, fasilitator
dan semua yang berfungsi sebagai pengirim pesan).
What, pesan atau ide/gagasan apa yang disampaikan (dalam kegiatan
pembelajaran ini berarti bahan ajar atau materi yang akan disampaikan).
Which Channels, dengan saluran apa, media saluran apa, media atau
sarana apa, pesan itu ingin disampaikan.
To Whom, kepada siapa (sasaran, siswa, peserta didik)
What effect, dengan hasil atau dampak apa?
Dari unsur-unsur di atas, tampaknya yang menjadi target (goal) dari suatu kegiatan pembelajaran adalah dampak atau hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kajian kependidikan, istilah itu dikenal dengan nama “meaningful learning experience”, yaitu suatu pengalaman belajar yang bermakna sebagai hasil dari suatu kegiatan pembelajaran (instruction). Terjadinya belajar bermakna ini tidak terlepas dari peran media terutama dari kedudukan dan fungsinya. Secara umum media mempunyai kegunaan:
memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya.
memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton (1985) bahwa penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar dan pembelajaran dapat lebih menarik sebagai berikut :
Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan.Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
Peran guru berubahan kearah yang positif
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Sebagai contoh media kaset audio, merupakan media auditif yang mengajarkan topik-topik pembelajaran yang bersifat verbal seperti pengucapan (pronounciation) bahasa asing. Untuk pengajaran bahasa asing media ini tergolong tepat, karena bila secara langsung diberikan tanpa media sering terjadi ketidaktepatan dalam pengucapan, pengulangan dan sebagainya. Pembuatan media kaset audio ini termasuk mudah, hanya membutuhkan alat perekam dan narasumber yang dapat berbahasa asing, sementara itu pemanfaatannya menggunakan alat yang sama pula.
Pembelajaran mengandung dua kegiatan dan melibatkan dua pihak, kegiatan yang dimaksud yaitu belajar dan membelajarkan. Belajar adalah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari interkasi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Siswa adalah pihak yang menjadi fokus sebagai pelaku belajar, sedangkan guru adalah pihak yang menjadi fokus untuk menciptakan situasi hingga terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Belajar dan membelajarkan merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima materi pelajaran. Kedua konsep tersebut akan terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan belajar. Belajar yang dilakukan oleh siswa bukan hanya menghafal, bukan pula hanya mengingat, belajar adalah sebuah proses yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku pada diri seseorang. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkahlaku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan lain-lain yang melibatkan semua aspek siswa. Dengan demikian belajar merupakan proses aktivitas, menuntut aktivitas siswa, belajar menuntut pencapaian tujuan melalui berbagai pengalaman. Dengan demikian, Nana Sudjana (2002) menjelaskan bahwa inti dari upaya mewujudkan aktivitas belajar pada diri siswa adalah harus bertitik tolak pada “Bagaimana upaya guru untuk mengembangkan dan menciptakan serta mengatur situasi yang memungkinkan siswa melakukan proses belajar, sehingga bisa merubah perilaku dalam proses pengajaran”. Dengan demikian peran guru menjadi amat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada dasarnya menuntut kemampuan guru dalam mengendalikan kegiatan belajar siswa. Meski tidak setiap kegiatan belajar siswa bergantung kepada kehadiran guru, namun terdapat hubungan sebab akibat antara guru mengajar dan murid belajar. Oleh karena itu, salah satu tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran adalah merancang dan melaksanakan proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya proses pembelajaran formal dalam semua tingkatan termasuk di Sekolah Dasar, menggunakan komunikasi tatap muka langsung (face to face) dengan menggunakan bahasa lisan. Profesionalisme guru dalam berbahasa lisan merupakan modal utama yang harus dimiliki sehingga para peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan mudah, menyenangkan dan mampu menyimak apa yang diucapkan guru, termasuk memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Namun demikian, apabila kita hanya menggunakan bahasa lisan saja, akan muncul sejumlah persolan, baik yang muncul dari keterbatasan guru itu sendiri, sifat dan karakteristik bahan ajar, dan suasana dimana proses pembelajaran sedang berlangsung. Terlebih pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar, secara psikologis anak pada jenjang pendidikan awal menuntut informasi yang jelas, tidak verbalistik, sederhana dan pola pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) serta sesuai dengan keterampilan berpikir siswa. Keterampilan berpikir terdiri dari keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks. Menurut Presseisen (dalam Costa, 1985), proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional dimana proses berpikir rasional merupakan sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang kompleks. Sementara itu menurut Novak (1979), proses berpikir dasar meliputi proses mental yang merupakan gambaran berpikir rasional yang terdiri dari sepuluh kemampuan yaitu menghafal (recalling), membayangkan (imagining), mengelompokkan (classifiying), menggeneralisasikan (generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), menganalisis (analizing), mensintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing), dan menyimpulkan (infering).
PROSES BERFIKIR Menurut Novak (1979)
Pengelompokan Proses Berfikir Dasar
1. Menghafal (recalling)
2. Membayangkan (imagining)
3. Mengelompokkan (classifiying
4. Menggeneralisasikan (generalizing)
5. Membandingkan (comparing)
6. Mengevaluasi (evaluating)
7. Menganalisis (analizing)
8.Mensintesis (synthesizing)
9.Mendeduksi(deducing)
10.Menyimpulkan (infering)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan berpikir kompleks merupakan perpaduan dari keterampilan berpikir rasional dengan proses berpikir kompleks yang meliputi pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Menciptakan pembelajaran yang efektif dengan keterlibatan siswa agar terjadi optimalisasi belajar dan cara menumbuhkan keterampilan dasar dan keterampilan komplek pada siswa, bukan sesuatu yang mudah. Hal ini memerlukan aspek lain yang bukan hanya kemampuan verbal melainkan pelibatan berbagai sumber belajar (learning resources) yang digunakan siswa dengan kehadiran dan penggunaan secara tepat. Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran sebagai bagian dari sumber belajar. Media pembelajaran bermanfaat untuk melengkapi, memelihara dan bahkan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, penggunaan media dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar, meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa. Ketepatan penggunaan media pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman kita terhadap ragam dan karakteristik media tersebut. Setiap jenis media pembelajaran memiliki kekhasan tersendiri. Hal ini perlu dijadikan bagian kemampuan dan keterampilan guru sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki menuju guru yang profesional.

PRINSIP-PRINSP DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

Prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran merujuk pada pertimbangan seorang guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan adanya beraneka ragam media yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah (1) harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa, (2) pemilihan media hams secara objektif, bukan semata-mata didasarkan atas kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan atau hiburan. pemilihan media itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa, (3) tidak ada satu pun media dipakai untuk mencapai semua tujuan. Setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya dipilih secara tepat dengan melihat kelebihan media untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu, (4) pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan metode mengajar dan materi pengajaran, mengingat media merupakan bagian yang integral dalam proses belajar mengajar, (5) untuk dapat memilih media dengan tepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri dan masing-masing media, dan (6) pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan. Sedangkan Ibrahim (1991:24) menyatakan beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk memilih media pembelajaran, antara lain (1) sebelum memilih media pembelajaran, guru harus menyadari bahwa tidak ada satupun media yang paling baik untuk mencapai semua tujuan. masing-masing media mempunyai kelebihan dan kelemahan. penggunaan berbagai macam media pembelaiaran yang disusun secara serasi dalam proses belajar mengajar akan mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran, (2) pemilihan media hendaknya dilakukan secara objektif, artinya benar-benar digunakan dengan dasar pertimbangan efektivitas belajar siswa, bukan karena kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan, (3) pernilihan media hendaknya memperhatikan syarat-syarat (a) sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (b) ketersediaan bahan media, (c) biaya pengadaan, dan (d) kualitas atau mutu teknik. Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran adalah (1) media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, metode mengajar yang digunakan serta karakteristik siswa yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa yang belajar), (2) untuk dapat memilih media dengan tepat, guru harus mengenal ciri-ciri dan tiap tiap media pembelajaran, (3) pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada siswa yang belajar, artinya pemilihan media untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa, (4) pemilihan media harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar.
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diturunkan sejumlah faktor yang mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dipakai sebagai dasar dalam kegiatan pemilihan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah (1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (2) karakteristik siswa atau sasaran, (3) jenis rangsangan belajar yang diinginkan, (4) keadaan latar atau lingkungan, (5)kondisi setempat, dan (6) luasnya jangkauan yang ingin dilayani (Sadiman 2002:82).
Pemilihan media pembelajaran oleh guru dalam pembelajaran berbasis kompetensi membaca puisi juga harus berpedornan pada prinsip-prinsip pemilihan media yang dilatari oleh sejumlah faktor di atas. Pemilihan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan tujuan instruksional membaca puisi yang akan dicapai, isi materi pelajaran pembelajaran membaca puisi, metode mengajar yang akan digunakan, dan karakteristik siswa. Sehubungan dengan karakteristik siswa, guru harus memiliki pengetahuan tentang kemampuan intelektual siswa usia SMA, agar guru dapat memilih media yang benar-benar sesuai dengan siswa yang belajar. Ketepatan dalam pemilihan media akan dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar membaca puisi sehingga guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


B. Pemilihan Media Pembelajaran

1. Landasan Teoritis Pemilihan Media
Dalam awal perkembangannya, media memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching aids). Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media adalah bagian integral dari proses belajar mengajar. Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya kurang efisien). Dengan kata lain, bahwa posisi guru sebagai fasilitator dan media memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pembelajar.
Anderson (1976) mengemukakan adanya dua pendekatan/ model dalam proses pemilihan media pembelajan, yaitu: model pemilihan tertutup dan model pemilihan terbuka. Pemilihan tertutup terjadi apabila alternatif media telah ditentukan “dari atas” (misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis media itulah yang harus dipakai. Kalau toh kita memilih, maka yang kita lakukan lebih banyak ke arah pemilihan topik/ pokok bahasan mana yang cocok untuk dimediakan pada jenis media tertentu. Misalnya saja, telah ditetapkan bahwa media yang digunakan adalah media audio. Dalam situasi demikian, bukanlah mempertanyakan mengapa media audio yang digunakan, dan bukan media lain? Jadi yang harus kita lakukan adalah memilih topik-topik apa saja yang tepat untuk disajikan melalui media audio. Untuk model pemilihan terbuka, lebih rumit lagi.
Model pemilihan terbuka merupakan kebalikan dari pemilihan tertutup. Artinya, kita masih bebas memilih jenis media apa saja yang sesuai dengan kebutuhan kita. Alternatif media masih terbuka luas. Proses pemilihan terbuka lebih luwes sifatnya karena benar-benar kita sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Namun proses pemilihan terbuka ini menuntut kemampuan dan keterampilan guru untuk melakukan proses pemilihan. Seorang guru kadang bisa melakukan pemilihan media dengan mengkombinasikan antara pemilihan terbuka dengan pemilihan tertutup.
Dalam hal ini juga, Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar dan digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakan alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

B. Prosedur Memilih Media
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arif S Sadiman (1986:86), ada tiga model yang dapat dijadikan prosedur dalam pemilihan media yang akan digunakan, yakni:
Model flowchart, model ini menggunakan system pengguguran (eliminasi) dalam pengambilan keputusan pemilihan.
Model matriks, berupa penangguhan proses pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh criteria pemilihannya diidentifikasi.
Model checklist, yang menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya dipertimbangkn.
Di antara model-model pemilihan media tersebut, yang lebih popular digunakan dalam media jadi (by utilization) adalah model checklist. Untuk model matriks lebih sesuai digunakan dalam menentukan media rancangan (by design). Sedang model flowchart dapat digunakan baik untuk menggambarkan proses pemilihan media jadi maupun media rancangan. Seperti apa yang dikemukakan oleh Arif S Sudiman, Anderson (1976) pula mengemukakan prosedur pemilihan media dengan menggunakan pendekatan flowchart (diagram alur). Dalam proses tersebut ia mengemukan beberapa langkah dalam pemilihan dan penentuan jenis penentuan media, yaitu :
Menentukan apakah pesan yang akan kita sampaikan melalui media termasuk pesan pembelajaran atau hanya sekedar informasi umum / hiburan. Jika hanya sekedar informasi umum akan diabaikan karena prosedur yang dikembangkan khusus untuk pemilihan media yang bersifat untuk keperluan pembelajaran.
Menentukan apakah media itu dirancang untuk keperluan pembelajaran atau hanya sekedar alat bantu mengajar bagi guru (alat peraga). Jika sekedar alat peraga, proses juga dihentikan ( diabaikan).
Menentukan apakah tujuan pembelajaran lebih bersifat kognitif, afektif atau psikomotor.
Menentukan jenis media yang sesuai untuk jenis tujuan yang akan dicapai, dengan mempertimbangkan kriteria lain seperti kebijakan, fasilitas yang tersedia, kemampuan produksi dan beaya.
Mereview kembali jenis media yang telah dipilih, apakah sudah tepat atau masih terdapat kelemahan, atau masih ada alternatif jenis media lain yang lebih tepat.
Merencanakan, mengembangkan dan memproduksi media.

Pendekatan lain yang dapat digunakan dalam memilih media adalah pendekatan secara matrik. Salah satu dari pendekatan ini adalah yang dikemukakan oleh Alen. Matrik ini memberikan petunjuk yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih media yang sesuai dengan jenis tujuan pembelajaran tertentu. Matrik menggambarkan tinggi rendahnya kemampuan setiap jenis media bagi pencapaian berbagai tujuan dengan kemampuan setiap jenis media dalam mempengaruhi berbagai jenis belajar.
Untuk menggunakan matrik tersebut, terlebih dahulu kita mempelajari jenis belajar mana yangakan dipelajari / harus dikuasai siswa, apakah informasi faktual, konsep, keterampilan dan seterusnya. Setelah itu, kita bisa memilih jenis media yang sesuai dengan jenis belajar tersebut. Caranya dengan melihat dalam kolom yang yang berlabel “tinggi “ yang tertera di bawah kolom jenis belajar. Selanjutnya kita lihat secara horizontal ke kolom paling kiri untuk memperoleh petunjuk jenis media mana yang sebaiknya kita pilih. Jika media tersebut ternyata tidak tersedia, atau tidak mungkin disediakan kareana mahal, tidak praktis, atau tidak sesuai dengan kondisi siswa, dengan cara yang samamaka pilihan kita beralih pada jenis media yang berlabel “ “sedang”. Ini berati kita telah memilih jenis media “terbaik kedua”, bukan yang terbaik.
Sekali lagi, pertimbangan utama dalam memilih media adalah keseuaian media tersebut dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Jika terdapat beberapa jenis media yang sama sama baik dan sesuai, maka prioritas kita adalah memilih jenis media yang murah, lebih praktis dan yang telah tersedia di sekitar kita.

C. Kriteria Pemilihan Media
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atua kompetnesi yang dicapai bersifat mehamai isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pebelajaran bersifat motorik (gerak dan ativitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer).
Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak kita inginkan di kemudian hari. Banyak pertanyaan yang harus kita jawab sebelum kita menentukan pilihan media tertentu. Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan sebagai berikut:

1) Tujuan
Apa tujuan pembelajaran (TPU dan TPK ) atau kompetensi yang ingin dicapai? Apakah tujuan itu masuk kawasan kognitif, afektif , psikhomotor atau kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya? Jika visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual diam? Jawaban atas pertanyaan itu akan mengarahkan kita pada jenis media tertentu, apakah media realia, audio, visual diam, visual gerak, audio visual gerak dan seterusnya.
2) Sasaran didik
Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media? bagaimana karakteristik mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, apakah ada yang berkelainan, bagaimana motivasi dan minat belajarnya? dan seterusnya. Apabila kita mengabaikan kriteria ini, maka media yang kita pilih atau kita buat tentu tak akan banyak gunanya. Mengapa? Karena pada akhirnya sasaran inilah yang akan mengambil manfaat dari media pilihan kita itu. Oleh karena itu, media harus sesuai benar dengan kondisi mereka.
3) Karateristik media yang bersangkutan
Bagaimana karakteristik media tersebut? Apa kelebihan dan kelemahannya, sesuaikah media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai? Kita tidak akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan baik karakteristik masing-masing media. Karena kegiatan memilih pada dasarnya adalah kegiatan membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik dan lebih sesuai dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media tertentu, pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut.
4) Waktu
Yang dimaksud waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih, serta berapa lama waktu yang tersedia / yang kita memiliki, cukupkah ? Pertanyaan lain adalah, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyajikan media tersebut dan berapa lama alokasi waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran ? Tak ada gunanya kita memilih media yang baik, tetapi kita tidak cukup waktu untuk mengadakannya. Jangan sampai pula terjadi, media yang telah kita buat dengan menyita banyak waktu, tetapi pada saat digunakan dalam pembelajran ternyata kita kekurangan waktu.
5) Biaya
Faktor biaya juga merupakan pertanyaan penentu dalam memilih media. Bukankah penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Apalah artinya kita menggunakan media, jika akibatnya justru pemborosan. Oleh sebab itu, faktor biaya menjadi kriteria yang harus kita pertimbangkan. Berapa biaya yang kita perlukan untuk membuat, membeli atau meyewa media tersebut? Bisakah kita mengusahakan beaya tersebut/ apakah besarnya biaya seimbang dengan tujuan belajar yang hendak dicapai? Tidak mungkinkan tujuan belajar itu tetap dapat dicapai tanpa menggunakan media itu, adakah alternatif media lain yang lebih murah namun tetap dapat mencapai tujuan belajar? Media yang mahal, belum tentu lebih efektif untuk mencapai tujuan belajar, dibanding media sederhana yang murah.
6) Ketersediaan
Kemudahan dalam memperoleh media juga menjadi pertimbangan kita. Adakah media yang kita butuhkan itu di sekitar kita, di sekolah atau di pasaran ? Kalau kita harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, waktu tenaga dan sarana untuk membuatnya? Kalau semua itu ada, petanyaan berikutnya tersediakah sarana yang diperlukan untuk menyajikannya di kelas? Misalnya, untuk menjelaskan tentang proses tejadinya gerhana matahari memang akan lebih efektif jika disajikan melalui media video. Namun karena di sekolah tidak ada aliran listrik atau tidak punya video player, maka sudah cukup bila digunakan alat peraga gerhana matahari.
7) Konteks penggunaan
Konteks penggunaan maksudnya adalah dalam kondisi dan strategi bagaimana media tersebut akan digunakan. Misalnya: apakah untuk belajar individual, kelompok kecil, kelompok besar atau masal ? Dalam hal ini kita perlu merencanakan strategi pembelajaran secara keseluruhan yang akan kita gunakan dalam proses pembelajaran, sehingga tergambar kapan dan bagaimana konteks penggunaaan media tersebut dalam pembelajaran.
8) Mutu Teknis
Kriteria ini terutama untuk memilih/membeli media siap pakai yang telah ada, misalnya program audio, video, garafis atau media cetak lain. Bagaimana mutu teknis media tersebut, apakah visualnya jelas, menarik dan cocok ? Apakah suaranya jelas dan enak didengar ? Jangan sampai hanya karena keinginan kita untuk menggunakan media saja, lantas media yang kurang bermutu kita paksakan penggunaannya. Perlu diinggat bahwa jika program media itu hanya menjajikan sesuatu yang sebenarnya bisa dilakukan oleh guru dengan lebih baik, maka media itu tidak perlu lagi kita gunakan.

PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING

Pembaruan teori belajar melalui notion konstruktivisme dan pergeseran-pergeseran yang terjadi karena adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi merupakan dua hal yang sangat sejalan dan saling memperkuat. Konstruktivisme dan teknologi komputer, secara terpisah maupun bersama-sama telah menawarkan peluang-peluang baru dalam proses pembelajaran, baik di ruang kelas, belajar jarak jauh maupun belajar mandiri. Salah satu tulisan (Tam. M, Educational Technology, Volume 3 Number 2, 2000) melaporkan bahwa komputer dapat secara efektif digunakan untuk mengembangkan higher-order thinking skills yang terdiri dari kemampuan mendefinisikan masalah, menilai (judging) suatu informasi, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang relevan.
Perangkat berbasis teknologi lainnya yang diharapkan dapat digunakan dalam upaya mengembangkan lingkungan belajar yang lebih produktif adalah video discs, multimedia/hypermedia, e-mail dan internet, disamping piranti lunak Computer Assisted Instruction/Intelligent Computer Assisted Instruction (CAI/ICAI) yang tersedia dalam bentuk CD ROM (Prakoso, 2005).

APA ITU E-LEARNING?
E-learning merupakan suatu teknologi informasi yang realtif baru di Indonesia. E-learning terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘elektronic’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Karena itu, maka e-learning sering disebut pula dengan ‘online course’. Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut :
E-learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, 2003)
Dengan demikian maka e-learning atau pembelajaran melalui online adalah pembelajaran yang pelaksaanya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit atau komputer.
Dalam perkembanganya, komputer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran, karena itu dikenal dengan istilah computer based learning (CBL) atau computer assisted learning (CAL). Saat pertama kali komputer mulai diperkenalkan khususnya untuk pembelajaran, maka komputer menjadi popular dikalangan anak didik. Hal ini dapat dimengerti karena berbagai variasi teknik mengajar bisa dibuat dengan bantuan kompter tersebut. Maka setelah itu teknologi pembelajaran terus berkembang dan dikelompokan menjadi dua yaitu :1). Technology-based learning 2). Technology-based Web-learning
Technology based-learning ini pada prinsipnya terdiri dari dua, yaitu audio information technologies (audio tape, radio, voice mail, telepone ) dan video information technologies (video tape, video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah data information technologies (bulletin board, internet, email, tele-collaboration).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini juga sering dipakai pada pendidikan jarak jauh, dimaksudkan agar komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini. Sedangkan interaksi antara guru dan murid bisa dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous) atau tidak langsung, misalnya pesan direkam dahulu sebelum digunakan. Cara ini dikenal dengan nama e-synchronous.

KARAKTERISTIK E-LEARNING
Karakteristik e-learning antara lain adalah:
1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; dimana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokelor;
2) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehinga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja dan yang bersangkutan memerlukanya; dan
3) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Menurut Miarso (2006), Pemanfaatan E-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar-mengajar didominasi oleh peranan guru, karena itu disebut the era of theacher. Kini, proses belajar-mengajar, banyak didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada masa mendatang proses belajar mengajar akan didominasi oleh guru, buku, dan teknologi (the era of teacher, book, and technology)
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING
Menyadari bahwa melalui internet dapat ditemukan berbagai informasi yang dapat diakses secara mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia diinternet. Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya da-lam pendidikan terbuka dan jarak jauh, antara lain dapat disebutkan sebagai berikut.
1) Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan murid dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
2) Guru dan siswa dapat mengguakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3) Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan dikomputer.
4) Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
5) Baik guru maupun siswa dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif .
7) Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja , bagi mereka yang bertugas di kapal,di luar negeri, dan sebagainya.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar.
2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan.
4) Berubahnya peran guru dan yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
5) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal
6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
7) Kurangnya penguasaan komputer.

FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMANFAATKAN
E-LEARNING UNTUK PEMBELAJARAN
Para pakar pendidikan dan internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Hartanto dan Purbo, 2002; serta Soekawati, 1999;) antara lain:
A. Analisis Kebutuhan (Need Analysis)

Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu dipertimbangkan adakah apakah memang memerlukan e-learning. Untuk menjawab pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas sasaran orang lain. Sebab setiap lembaga menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu diadakan analisis kebutuhan. Kalau analisis ini dilaksanakan dan jawabanya adalah membutuhkan e-learning maka tahap berikutnya adalah membuat studi kelayakan, yang komponen penilaianya adalah:
1) Apakah secara teknis dapat dilaksanakan misalnya apakah jaringan internet bisa dipasang, apakah infrasruktur pendukungnya, seperti telepon, listrik, komputer tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa mengoperasikanya tersedia.
2) Apakah secara ekonomis menguntungkan, misalnya apakah dengan e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau apakah return on investment nya lebih besar dari satu.
3) Apakah secara sosial penggunaan e-kearning tersebut diterima oleh masyarakat
B. Rancangan Instruksional

Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek (Soekartawi, 1999) :
1. Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik yang relevan dan satuan kredit semester.
2. Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status pekerjaan, dan sebagainya.
3. Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini.
4. Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit, dan seterusnya.
5. State instructional objectives, Tujuan instuksional ini dapat disusun berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
6. Construct criterion test items, penyusunan tes ini dapat didasarkan dari tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
7. Select instructional strategy, strategi instruksional dapat ditetapan berdasarkan fasilitas yang ada.

C. Tahap Pengembangan
Berbagai upaya dalam pengembangan e-learning bisa dilakukan mengikuti perkembangan fasilitas ICT yang tersedia hal ini kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan intruksional yang akan dipergunakan terus dipertimbangkan dan dievaluasi secara kontinu.
D. Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan. Dalam tahapan ini sering kali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri.
E. Evaluasi
Sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi. Proses dari kelima tahapan diatas diperlukan waktu yang relatif lama, karena prototype perlu dievaluasi secara terus menerus. Masukan dari orang lain atau dari siswa perlu diperhatikan secara serius. Proses dari tahapan satu sampai lima dapat dilakukan berulang kali, karena prosesnya terjadi terus-menerus.Akhirnya harus pula diperhatikan masalah-masalah yang sering dihadapi sebagai berikut :

1. Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik, telepon, dan infrastruktur yang lain.
2. Masalah ketersediaan software (peranti lunak). Bagaimana mengusahakan peranti lunak yang tidak mahal.
3. Masalah dampaknya terhadap krikulum yang ada .
4. Masalah skill dan knowledge .
5. Attitude terhadap ICT.
Oleh karena itu, perlu diciptakan bagaimana semuanya attitude yang positif terhadap ICT, bagaimana semuanya bisa mengerti potensi ICT dan dampaknya pada anak didik dan masyarakat sehingga siswa mampu melakukan pembelajaran secara online atau tanpa guru, disinilah akan terlihat kemauan dan keefektifan siswa dalam belajar secara mandiri.
Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media audio visual. Kalau mendapat kesulitan barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya.
Proses belajar mandiri memberi kesempatan peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian siswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’ sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka dan belajar jarak jauh. Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di lapangan.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur, menjadi fasilitator atau perancang proses belajar. Sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengolah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.
1. Sistem belajar mandiri menuntut adanya materi ajar yang dirancang khusus untuk itu. Menurut Prawiradilaga (2004 : 194) Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh materi ajar ini adalah :
1) Kejelasan rumusan tujuan belajar (umum dan khusus).
2) Materi ajar dikembangkan setahap demi setahap, dikemas mengikuti alur desain pesan, seperti keseimbangan pesan verbal dan visual.
3) Materi ajar merupakan sistem pembelajaran lengkap, yaitu ada rumusan tujuan belajar, materi ajar, contoh/bukan contoh, evaluasi penguasaan materi, petunjuk belajar dan rujukan bacaan.
4) Materi ajar dapat disampaikan kepada siswa melalui media cetak, atau komputerisasi seperti CBT, CD-ROM, atau program audio/video
5) Materi ajar itu dikirim dengan jasa pos, atau menggunakan teknologi canggih dengan internet (situs tertentu) dan e-mail; atau dengan cara lain yang dianggap mudah dan terjangkau oleh peserta didik.
6) Penyampaian materi ajar dapat pula disertai program tutorial, yang diselenggarakan berdasarkan jadwal dan lokasi tertentu atau sesuai dengan kesepakatan bersama.
SIMPULAN
E-learning merupakan aplikasi internet yang dapat menghubungkan antara pendidik dan peserta didik dalam sebuah ruang belajar online. E-learning tercipta untuk mengatasi keterbatasan antara pendidik dan peserta didik, terutama dalam hal waktu dan ruang. Dengan e-learning maka pendidik dan peserta didik tidak harus berada dalam satu dimensi ruang dan waktu. Proses pendidikan dapat berjalan kapan saja dengan mengabaikan kedua hal tersebut.E-learning akan dimanfaatka atau tidak sangat tergantung bagaimana pengguna memandang atau menilai e-learning tersebut. Namun umumnya digunakannya teknologi tersebut tergatung dari:
1). Apakah teknologi itu memang sudah merupakan kebutuhan; 2). Apakah fasilitas pendukungnya sudah memadai; 3). Apakah didukung oleh dana yang memadai; dan 4). Apakah ada dukungan dari pembuat kebijakan.

DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, A.A dan Ono W. Purbo. 2002. Teknologi E-learning Berbasis PHP dan MySQL. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Miarso, Yusuf Hadi. 2006. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana: Jakarta.
Prakoso, Kukuh Setyo. 2005. Membangun E-learning dengan Moodle. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Prawiradilaga, Dewi S dan Eveline Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Prenata Media: Jakarta..
Soekartawi. 1999. Rancangan Instructional. Rajawali Press: Jakarta.
Soekartawi. 2003. E-learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang. Makalah disampaikan pada seminar nasional di Universitas Petra, Surabaya, 3 Februari 2003.
Tam, M. Constructivism, Instructional Design, and Technology: Implication for Transforming Distance Learning. Educational Technology, Volume 3 Number 2. 2000.

Sabtu, 21 Agustus 2010

LANDASAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiris.

Landasan filosofis

Ada suatu pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media

hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Bukankan dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain siswa dihargai harkat kemanusiaanya diberi kebebasan untuk menentukan pilhan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki keprbadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain,maka baik menggunaka media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.

Landasan psikologis

Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta factor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut perlu: Diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan objek yang diamatinya. Bahan pembelajaran yang kana diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajarai hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan continuum konkret-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film ( iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol , yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation ). Hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak. Ketiga, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kmeudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai

pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhirsiswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan symbol. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experiment).

Landasan teknologis

Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, [enalaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis maslaha, mencari cara pemecahan, melaksankan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalahan dilakukan dalam bentuk: kesatuan komponen-komponen system pembalajaran yang telah disusun dalm fungsi desain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi system pembelajaran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik dan latar.

Landasan empiris

Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara

penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memilih tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atua film. Sementara siswa yang memilih tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan kebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pebelajar, karakteristik media pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.

PENGERTIAN MEDIA PENGAJARAN, ALAT PELAJARAN, ALAT PERAGA

Media berasal dari bahasa latin Medium yang bearti perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Pendapat para ahli tentang Media Pengajaran: Menurut Briggs (1970) Media pengajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar. Contoh : buku, film, kaset, slide dll. Menurut Gagne dan Reiser (1983) Media pengajaran adalah alat-alat fisik dimana pesan-pesan instruksional dikomunikasikan. Contoh: buku, film, tipe recorder, dll. Menurut Dinje Borman Rumumpuk (1988) Media pengajaran adalah setiap alat baik software maupun hardware yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media pengajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran tersebut Setelah memahami pengertian media pengajaran secara jelas kita harus memahami pula istilah-istilah yang memiliki pengertian hamper sama dengan media pengajaran yaitu alat pengajaran dan alat peraga. Hal ini sesuai dengan ungkapan dari B. Suryo Subroto (1984) yang menyebutkan bahwa terdapat 3 macam sarana pendidikan yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran. Alat peraga yaitu alat yang digunakan secara langsung dalam pelajaran. Contoh alat tulis Alat peraga yaitu alat pembantu pengajaran yang mudah memberi pengertian kepada peserta didik/suatu bentuk perwujudan dari suatu pengertian. Contoh: alat peraga kubus, balok, globe dll.

FUNGSI MEDIA PENGAJARAN

Secara umum media berfungsi sebagai: Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif Bagian integral (keterpaduan) dari keseluruhan situasi mengajar Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme

Membangkitkan motivasi belajar peserta didik Mempertinggi mutu belajar mengajar Adapun fungsi media pengajaran menurut Derek Rowntrie (1982) adalah: Engange the student s (membangkitkan motivasi belajar) Recall earlier learning (mengulang apa yang telah dipelajari) Provide new learning stimuli (menyediakan stimulus belajar) Activate the student s response (mengaktifkan respon peserta didik) Give speedy feedback (memberikan balikan dengan cepat)

Encourage appropriate practice (menggalakkan latihan yang serasi)

PERANAN MEDIA PENGAJARAN

Media dapat digunakan dalam proses belajar-mengajar dengan 2 arah cara: Dependent media yaitu sebagai alat bantu mengajar. Sebagai alat bantu, efektivitas media ini sangat tergantung pada cara dan kemampuan guru yang memakainya. Contoh: slide transparasi Independent media yaitu sebagai media belajar yang dapat digunakan sendiri oleh siswa. Contoh: radio, tv, video, film, modul.

Fungsi media dalam pembelajaran Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya:

  1. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.
  2. Dapat melampaui batasan ruang kelas.
  3. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya
  4. Menghasilkan keseragaman pengamatan
  5. Dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis
  6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru
  7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar
  8. Memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkret
  9. sampai dengan abstrak.

Bahwa fungsi media pembelajaran/sumber belajar: Memberikan kesempatan berasosiasi kepada anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan berbagai alat, buku, narasumber atau tempat. Meningkatkan perkembangan anak dalam berbahasa melalui komunikasi dengan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar. Secara rinci, fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

Menyaksikan benda yang ada atau eristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah. mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya

jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, dan sebagainya memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebagainya. mendengar suara yang sukar ditangkap denga telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya. mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung kerena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya. mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya. mengamatin dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dsb. dengan mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dsb. dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik. dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan. mengamati gerakan-gerakan mesin/alat yan sukar diamati secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2 tak, dsb. melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung. melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang/lama.

Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video (memantapkan hasil pengamatan) dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu objek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama. dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masingmasing. Dengan modul atau pengajaran berprogram, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan

maisng-masing.

KARAKTERISTIK MEDIA AUDIO, OHT, OPAQUE, FILM STRIP, SLIDE, FILM, VIDEO DAN TELEVISI

Media Audio

Media audio adalah media yang hanya memberikan rangsangan suara atau isi pesan yang disampaikan hanya diterima oleh indera pendengaran. Jenisnya antara lain radio dan audio tape recorder. Media OHP Media Overhead Projektor (OHP) atau Overhead Transparansi (OHT) adalah media yang dapat memproyeksikan bahan transparan (tembus pandang), biasanya film acetate atau plastik berukuran 8,5x 11(21,5 x 29 cm). Bahan transparan yang berisi pesan-pesan yang disampaikan kepada audien, diproyeksikan dengan alat khusus yaitu OHP ke layer melalui atas kepala yang menggunakannya.

Media Opaque

Proyektor Opaque adalah alat yang dipakai untuk memproyeksikan benda yang tembus pandang (opaque), seperti: gambar, tulisan, potret, lukisan, dan berbagai benda asli dengan ukuran kecil (dapat ditemukan pada proyektor opaque). Hasil bayangan yang diproyeksikan lebih besar dan lebih menarik dari bahan aslinya.

Media Slide

Slide atau film bingkai adalah film transparan berukuran 35 mm, yang memuat gambar atau tulisan untuk memproyeksikan dengan menggunakan proyektor slide. Tiap gambar atau tulisan yang akan diproyeksikan diberi bingkai dengan ukuran pada umumnya 2x2 inci (5x5 cm). Ada pula ukuran bingkai yang lain (berbeda bingkai berarti berbeda pula proyektornya).

Media filmstrip

Film strip atau film rangkai adalah serangkaian gambar pada 35 mm film,

dalam urutan tertentu, untuk memproyeksikan dengan proyektor filmstrip. Ditinjau dari teknik pembuatan dan penyajian gambar pada film strip banyak persamaannya dengan slide, oleh karena itu kelebihan dan kelemahan slide dan film strip sebagai alat pemberian rangsangan visual tidak banyak berbeda. Perbedaanya jika slide pada setiap gambar diberi bingkai sedangkan filmstrip tetap satu rangkaian film yang tidak terputus.

Media film

Film atau gambar hidup sebenarnya adalah serangkaian gambar mati (gambar diam) yang diambil atau dipotret dengan menggunakan kecepatan tertentu, dan bila diproyeksikan dengan menggunakan proyektor film akan memberikan ilusi pandangan sehingga tampak bergerak. Untuk mengambil gambar dan memotret (shooting) dipergunakan alat khsus yaitu kamera film. Film ada yang bersuara dan tanpa suara. Ukurannya ada yang 8 mm, 16 mm, 35 mm, dan 70 mm. Kecepatan pemutaran film juga berbeda-beda. Untuk fil tanpa suara frame/detik, sedangkan film bersuara 24 frame/detik.

Media video

Video tape recorder (VTR) atau rekaman video adalah alat perekam gambar dan suara sekaligus. Pada saat diperlukan gambar dan suara dapat ditayangkan dan diperdenagrkan lagi, jika sudah terpakai dapat dihapus. Media video adalah media audio-visual, artinya dapat menyajikan gambar dan suara secara serempak. Video cocok untuk menayangkan gerakan atau sesuatu yang bergerak.

Media TV

Kata televisi berarti menyalurkan gambar visual melalui jarak jauh. Proses

penyalurannya dengan cara setiap gambar dipecah lagi menjadi 625 garis. Setiap garis dipecah menjadi 320 titik. Jadi setiap frame terdiri dari 625 x 320 titik= 200.000 titik. Tiap detik ditampilkan 25 frame atau 5000000 titik. Siaran tv dapat diterima oleh penonton di rumah-rumah melalui proses: produksi (pembentukan gambar), pemancar (penyaluran gambar), dan penerima gambar oleh pesawat TV di tempat para penonton. Kualitas atau kejelasan gambar akan dipengaruhi ketiga komponen tersebut (produksi, pemancar, dan pesawat penerima). Pemanfaatan media Tv sebagai media pembelajaran sebenarnya terletak pada pembuatan bahan produksi siaran TV. Apabila bahan siaran yang diproduksi adalah bahan siaran pendidikan atau pembelajaran, maka terjadilah siaran TV pendidikan atau pembelajaran. Untuk melaksanakan program siaran TV pendididikan atau pembelajaran perlu melibatkan berbagai lembaga atau instansi terkait.

Cara lain pemanfaatan TV untuk pembelajaran dengan mengadakan program televisi siaran terbatas (TVST) atau Closed Circuit television (CCTV) yaitu suatu sistem penyiaran TV yang diadakan terbatas untuk suatu tempat atau lingkungan tertentu (siaran TV khusus untuk satu perguruan tinggi)

KARAKTERISTIK MEDIA 3 DIMENSI

Media 3 dimensi merupakan media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual 3 dimensional dan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu benda asli dan benda tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli dapat berupa benda hidup atau benda mati. Belajar mel;alui benda asli dapat dilakukan dengan kelas ke luar dunia . Jika sulit ” ” dilakukan maka dapat menggunakan benda tiruan. Media yang mempunyai panjang, lebar dan isi. Media 3 dimensi yang sering dipakai adalah model dan boneka. Model adalah tiruan 3 dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, terlalu ruwet untuk dibawa ke kelas, dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya. Media 3 dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual 3 dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik yang hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ke tempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif. Media 3 dimensi yang dapat diproduksi dengan mudah, adalah tergolongan sederhana dalam penggunaan dan pemanfaatannya, karena tanpa harus memerlukan keahlian khusus, dapat dibuat sendiri oleh guru, bahannya mudah diperoleh di lingkungan sekitar. Moedjiono (1992) mengatakan bahwa media sederhana tiga

dimensi memiliki kelebihan-kelebihan: memberikan pengalaman secara langsung, penyajian secara konkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan objek secara utuh baik kontruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kelemahankelemahannya adalah: tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit. Media 3 dimensi dalam penggunaannya sangat sederhana, tapi dalam pembuatannya sebagian mudah kita buat sendiri tapi sebagian lagi sulit dan rumit dalam pembuatannya.

Ciri-ciri umum:

sederhana dalam penggunaannya, dapat dibuat sendiri, bahan pembuatannya mudah diperoleh di lingkungan

Kemampuan media 3 dimensi: dapat memberikan pengalaman secara langsung dapat membuat konkrit suatu pengertian sehingga verbalisme dalam belajar dihindari dapat memperlihatkan tentang bagaimana konstruksi, cara bekerja, penampang suatu obyek dapat memperlihatkan struktur organisasi sosial/masyarakat dapat memperlihatkan tentang bagaimana alur perjalanan suatu proses.

Kelemahan media 3 dimensi: tidak dapat menjangkau sasaran besar, sasaran didik terbatas pada kelompok dan klasikal penyimpanan serta perawatannya rumit, membutuhkan ruang yang luas untuk penyimpanan

BELAJAR BENDA SEBENARNYA MELALUI WIDYA WISATA

Widya wisata adalah kegiatan belajar yang dilaksanakan melalui kunjungan ke suatu tempat di luar kelas sebagai bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan belajar melalui widya wisata adalah: siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna, membangkitkan minat siswa untuk menyelidiki, melatih seni hidup bersama dan tangung jawab bersama, menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru dan siswa, mengintegrasikan pengajaran di kelas dengan kehidupan dunia nyata. Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah: sulit dalam pengaturan waktu, memerlukan biaya dan tanggung jawab ekstra, objek wisata yang jarang memberikan peluang yang tepat dengan tujuan belajar.

Keuntungan:

pengalaman langsung, membangkitkan minat untuk menyelidiki, melatih seni hidup bersama, menciptakan kepribadian yang komplit bagi guru maupun siswa

Kelemahan :

masalah waktu jika tidak dirancang dengan baik, akan mengganggu siswa dalam kegiatan rutinnya dan memboroskan waktu memerlukan waktu dan biaya ekstra.

BELAJAR BENDA SEBENARNYA MELALUI SPECIMEN

Specimen dapat pula disebut sebagai benda contoh. Dengan cara ini dimaksudkan untuk benda-benda asli atau sebagian dari benda-benda asli yang digunakan sebagai contoh. Jadi specimen juga benda asli yang mewakili benda aslinya yang sebenarnya berwujud sangat besar, sedangkan specimen sebagian kecilnya atau mewakili jenisnya. Terminologi benda sebenarnya digolongkan atas dua, yaitu objek dan benda contoh (specimen). Obyek adalah semua benda yang masih dalam keadaan asli dan alami. Sedangkan specimen adalah benda asli atau sebagian benda sli yang digunakan sebagai contoh. Namun ada juga benda asli tidak alami atau benda asli buatan, yaitu jenis benda asli yang telah dimodifikasi bentuknya oleh manusia. Contoh-contoh specimen benda yang masih hidup adalah: akuarium, terrarium, kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contoh-contoh specimen benda yang sudah mati adalah: herbarium, teksidermi, awetan dalam botol, awetan dalam cairan plastik. Contoh-contoh specimen yang tak hidup adalah: berbagai benda yang berasal dari batuan dan mineral. Sekarang belajar melalui benda sebenarnya jarang dilakukan. Ada beberapa alasan orang tidak mempelajari benda sebenarnya, yaitu: bendanya sudah tidak ada lagi, kalaupun ada sangat sulit untuk dijangkau, terlalu besar atau terlalu kecil, sangat berbahaya untuk dipelajari langsung, tidak boleh dilihat, terlalu cepat atau terlalu lambat gerakannya.

Media Tiruan

Media tiruan sering disebut sebagai model. Belajar melalui model dilakukan untuk pokok bahasan tertentu yang tidak mungkin dapat dilakukan melalui pengalaman langsung atau melalui benda sebenarnya. Tujuan belajar dengan menggunakan model: mengatasi kesulitan yang muncul ketika mempelajari objek yang terlalu besar untuk mempelajari objek yang telah menyejarah di masa lampau untuk mempelajari objek-objek yang tidak terjangkau secara fisik untuk mempelajari objek yang mudah dijangkau tetapi tidak memberikan keterangan yang memadai untuk mempelajari konstruksi-konstruksi yang abstrak untuk memperlihatkan proses dari objek yang luas keuntungan-keuntungan menggunakan model: belajar dapat difokuskan pada bagian yang penting-pentin saja, dapat mempertunjukkan struktur dalam suatu objek siswa memperoleh pengalaman yang konkrit, maksud penggunaan model:

ukuran. Dengan model dapat mengatasi kesulitan dalam mempelajari objek-objek yang terlalu besar atau luas, karena model berukuran kecil. Waktu. Model dapat mengganti kenyataan waktu lampau yang tidak dapat dijangkau dan dapat memproduksi ide terhadap hal yang akan datang yang tidak dikenals ecara konkrit Terjangkau secara fisik. Dapat digunakan untuk mengganti objek-obyek yang jaraknya jauh dari kita dan memakan waktu dan biaya yang banyak.

Kenyataan-kenyataan yang tidak berguna. Banyak objek sebenarnya yang dengan mudah kita jangkau, tetapi tidak emmberikan keterangan yang memadai. Misal kerja dari mata manusia,struktur bagian dalam telinga manusia.

Konstruksi-konstruksi abstrak. Dengan model, bentuk yang rumit jadi dapat dijelaskan dengan lebih sederhana Proses. Dengan model, kita dapat memperlihatkan proses kerja dari objek-objek yang besar dan luas.

MEDIA GRAFIS

Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau symbol visual yang lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan, dan merangkum, suatu ide, data atau kejadian.

Secara umum fungsi media grafis untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Ciri-ciri media grafis Media dua dimensi artinya hanya memiliki ukuran panjang dan lebar saja, sehingga hanya dapat dilihat dari satu arah depan saja. Media visual diam, artinya pesan yang disampaikan hanya dapat diterima melalui indera mata dengan tidak menunjukkan unsur gerak pada media

Kelebihan media grafis

  1. Bentuk sederhana dan mudah dibuat
  2. Lebih ekonomis, murah, dapat dipakai berkali-kali
  3. Bahan dan alat produksinya mudah diperoleh
  4. Data menyampaikan data atau rangkuman
  5. Penggunaannya tanpa menggunakan alat khusus

Kekurangan media grafis

  • Tidak menjangkau kelompok penerima pesan yang besar Hanya menekankan persepsi indra penglihatan
  • Tidak menampilkan unsur audio dan Motion
  • Unsur-unsur desain dan kreteria pembuatan media grafis
  • Unsur-unsur yang nampak pada karya desain untuk media grafis disebut unsur-unsur visual, yang terdiri dari (titik, garis, bidang, bentuk, ruang, warna, tekstur).

Criteria desain diartikan cara-cara bagaimana unsur-unsur desain bekerjasama membentuk komposisi yang baik pada sebuah karya media grafis, criteria pembuatan media didasari oleh rasa senang yang ditimbulkan saat pesan disampaikan. Untuk mencapai kesatuan yang jelas dan memuaskan dari unsure-unsur desain pada media grafis, perlu diperhatikan beberapa hal dalam cara mengkombinasi unsur-unsur desainnya pada waktu membuat media grafis tersebut, yaitu mengenai factor-faktor:

  • Keseimbangan
  • Kesinambungan
  • Aksentuasi
  • Dominasi dan keanekaragaman

Jenis-jenis media grafis

Sketsa, adalah gambar yang sederhana, atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok dari bentuk objek tanpa detail. Gambar, yaitu gambar karya tangan bukan foto teknik fotografi, penyampaian gambar dapat mengungkapkan bentuk nyata atau khayalan. Grafik, adalah pemakaian lambing visual untuk menjelaskan perkembangan sesuatu keadaan dengan mengunakan titik, garis, atau bentuk-bentuk dan diberi keterangan yang sesuai. Bagan, merupakan penyajian ide-ide atau konsep-konsep secara visual yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan. Poster, media grafis perpaduan antara gambar dengan tulisan untuk menyampaikan informasi, saran, seruan, peringatan, dan ide-ide lain. Kartun atau karikatur, yaitu gambaran tentang seseorang, sesuai buah pikiran atau keadaan dapat dituangkan dalam bentuk lukisan yang lucu atau menggelikan yang biasa disebut kartun atau karikatur, dan sebagai ilustrasi dari suatu pokok masalah.

MEDIA BENTUK PAPAN

Disebut media bentuk papan, karena perangkatnya berbentuk bilah papan dan digunakan untuk meletakkan pesan pendidikan yang dikehendaki. Papan tulis, tidak hanya digunakan di kelas saja, tetapi dikantor, rumah sakit, dan dirumah tinggal sebagai papan informasi anggota keluarga, serta memiliki bermacam warna untuk mengurangi kelelahan mata. Papan temple atau bulletin, adalah sebilah papan yang berfungsi untuk menempel sesuatu pesan. Tujuannya adalah untuk menempelkan catatan-catatan, mengumumkan kejadian yang akan datang, menempelkan peraturan-peraturan sekolah dan lain-lain. Papan flannel, adalah suatu papan yang dilapisi kain flannel atua kain yang berbulu dimana padanya diletakkan potongan gambar-gambar atau symbol lain. Papan magnet, adalah papan yang dibuat dari lapisan email putih pada sebidang logam, sehingga pada papan ini bisa ditempelkan bendabenda yang tidak berat kalau pada alasanya direkatkan sepotong kecil magnetic. Papan magnet atau papan putih ini dapat berfungsi ganda yaitu sebagai papan tulis dan sebagai papan temple atau papan flannel serta dapat pula dijadikan tempat memproyeksi film

atau slide.

MEDIA CETAK

Media bahan cetak adalah media visual yang pembautannya melalui proses pencetakan/printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesan melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. Jenis media bahan cetak ini diantaranya adalah buku pelajara, surat kabar/majalah, ensiklopedia, buku suplemen, pengajaran berprogram, dan komik.

PERANAN MEDIA PADA MASING-MASING TAHAP DALAM KEGIATAN

BELAJAR MENGAJAR

Peranan media pada tahap pra-Instruksional

Tahap pra-instruksional merupakan tahap awal yang ditempuh pada saat memulai proses pembelajaran, seringkali guru mengalami kesulitan dalam mengarahkan perhatian, minat atau motivasi siswa terhadap pokok bahasan yang akan dipelajari. Peranan media pada tahap ini dimaksudkan menumbuhkan motivasi siswa untuk mencari lebih banyak informasi dari sumber belajar lain di dalam dan di luar sekolah, merangsang ingin tahu dan minat siswa tentang isi pokok bahasan dari berbagai bidang studi. Namun, besar kecilnya peranan media pada tahap ini sangat tergantung pada kemauan dan kreativitas guru dalam menciptakan dan mengkondisikan lingkungan yang dibutuhkan, yakni lingkungan yang mampu merangsang rasa ingin tahu siswa dan yang mampu

mengembangkan interaksi instruksional di kelas. Peranan media pada tahap penyajian pelajaran

Peranan media pada tahap ini diharapkan agar siswa dapat memperoleh persepsi dan pemahaman yang benar, sedang guru diharapkan dapat mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung dan membantunya mengingat kembali dengan mudah berbagai pengetahuan dari keterampilan yang sudah dipelajari, dan diharapkan untuk membantu secara mandiri mengulang berbagai pelajaran di sekolah. Peranan media untuk mengundang partisipasi aktif siswa Peranan media pada tahap ini diharapkan agar dapat merangsang terjadinya diskusi diantara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, membantu siswa menemukan gagasan untuk mengawali kegiatan mengarang, bercerita, dan kegiatan kerja kelompok, sebagai sumber kegiatan belajar mandiri untuk melengkapi atau memperkaya pengetahuan yang dipelajari di kelas, serta mengundang keterlibatan kognitif dan emosional siswa secara spontan.

Peranan media pada tahap tindak lanjut

Peranan media pada tahap ini diharapkan untuk mempermudah program

remediasi dan pengayaan, sebagai contoh membuat kliping, mengumpulkan gambar binatang dari kelompok sejenis, membuat laporan hasil pengamatan, mencari informasi atau berita tentang seorang tokoh yang disenangi anak-anak.

PROSES PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI

Seorang guru yang sedang mengajar di dalam kelas akan terlibat bahwa di dalam kelas itu sedang terjadi proses komunikasi. Guru sebagai sumber pesan sedangkan siswanya sebagai penerima pesan dan materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru adalah pesannya. Guru sebagai sumber pesan perlu mengolah informasi sehingga dapat diterima dengan baik oleh siswanya. Guru harus mengubah isi pesan yang berasal dari kurikulum ke dalam lambang-lambang yang dapat dimengerti oleh siswanya (encoding). Ia juga harus menyamakan isi pesannya dengan latar belakang, pengalaman, pengetahuan, dan kebudayaan siswanya. Siswa sebagai penerima pesan bertugas menafsirkan pesan pengajaran sesuai dengan yang dimaksudkan oleh guru (decoding). Dalam komunikasi di kelas itu, pada saat tertentu siswa akan berubah fungsi menjadi sumber pesan. Semakin sering terjadi komunikasi 2 arah

berarti semakin besar aktivitas belajar siswa dan makin baik belajar mereka.

KRITERIA PEMILIHAN MEDIA

Pemilihan media sebaiknya tidak terlepas dari konteksnya bahwa media merupakan komponen dan system instruksional secara keseluruhan. Selain itu sebagai pedoman dalam pemilihan media pembelajaran menggunakan kriteria pemilihan media perlu memperhatikan karakteristik dan kemampuan masing-masing media, karakteristik siswa, strategi belajar-mengajar, organisasi kelompok belajar, harganya, media apa yang sudah ada, berapa lama untuk mendapatkannya, format apa yang memenuhi selera pemakai.

Factor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media (Dick dan Carey): Ketersediaan sumber setempat Ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas untuk membeli atau memproduksi Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media untuk waktu yang lama Efektifitas biaya dan jangka waktu yang panjang.

PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN MEDIA

Prinsip-prinsip pemilihan media adalah: Media harus berdasarkan pada tujuan pengajaran dan bahan pengajaran yang akan disampaikan Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru, baik dalam pengadaannya dan penggunaannya Harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasi yang tepat Memilih media harus memenuhi karakteristik dari media itu sendiri

Factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih media: Objektivitas, artinya pemilihan media tidak didasarkan karena kedudukan pribadi atau sekedar hiburan sehingga menghiraukan kegunaan dan relevansinya dengan bahan dan karakteristik peserta didik Program pengajaran, artinya pemilihan media harus disesuaikan dengan program pengajaran karena tidak semua media dapat digunakan untuk semua program pengajaran Situasi dan kondisi, pemilihan media harus disesuaikan dengan situasi belajar mengajar, metode mengajar, materi pelajaran, serta lingkungan sekolah dan kelas Kualitas teknik, yaitu kesiapan operasional media sebelum digunakan Keefektifan dan efisiensi penggunaan, artinya penggunaan media bukan semata-mata karena melaksanakan salah satu komponenkomponen tetapi apakah media itu betul-betul berguna untuk memudahkan penguasaan peserta didik.

PEMELIHARAAN MEDIA PEMBELAJARAN

Cara merawat media pembelajaran yang bersifat audio visual Biasanya media pembelajaran yang bersifat audio visual disimpan dalam suatu media khusus yaitu CD (compact Disk) atau DVD. Berikut ini tips merawat CD dan DVD: Perhatikan warna lapisan pemantul. Pilih CD/DVD yang lapisan pemantulnya berwarna silver atau agak keemasan. Jangan pernah memilih pemantul yang berwarnawarni, sebab lapisan pemantul ini berperan dalam pembacaan data dari CD/DVD yang telah ditulis. Bakar di bawah kecepatan maksimal Untuk kebutuhan kompatibilitas pembaca, pilih kecepatan burning 10 x/12x saja, meskipun berdampak pada waktu proses pembakaran. Isian data jangan sampai full Usahakan ketika pengisian data jangan sampai full, berilah ruang kosong (free space) beberapa mega byte. Simpan dalam plastic khusus Usahakan CD/DVD disimpan ke dalam plastic khusus untuk menghindari debu atau goresan,simpan ditempat kering dan gelap, usahakan jangan lembab atau terkena sinar matahari langsung karena akan merusak lapisan pemantul sehingga CD/DVD sulit dibaca. Jangan ditekan Jangan menulis label CD/DVD dengan cara menekan terlalu keras, usahakan dengan spidol permanent pada bagian labelnya. Perhatikan cara membersihkannya Sebelum dimasukkan untuk dibaca usahakan CD/DVD dibersihkan dari debu dan gunakan kain halus yang biasa untuk membersihkan kacamata. Hindari penggunaan tissue atau baju untuk membersihkannya, guna menghindari munculnya goresan pada disk yang menyebabkan CD/DVD tidak bisa dibaca. Cara merawat media pembelajaran cetak (foto, poster, peta, sketsa, gambar dll): Pastikan tempat media tidak lembab dan memiliki sirkulasi udara yang memadai. Untuk mendapatkan udara yang cukup, tempat media harus memiliki jendela atau lubang keluar-masuk udara secara cukup. Usahakan letakan media tidak berdekatan dengan lantai. Artinya tempat media jangan dibagian paling bawah lemari. Pilihlah tempat yang memungkinkan buku enak dilihat dan mudah dijangkau. Pilihan bisa di bagian tengah atau atas. Posisi media sebaiknya berdiri dan berjajar ke samping. Posisi ini memungkinkan udara masuk ke sela-sela media lewat celah lembaran. Jika posisi media bertumpuk dikhawatirkan udara tidak bisa masuk dan mempercepat kelembaban. Taburlah kamper di sela-sela media atau pojok-pojok lemari. Fungsi kamper untuk mengusir ngengat dan mengurangi bau tak sedap. Tak ada salahnya member lampu khusus dalam lemari buku hingga buku mendapat cahaya yang cukup. Sinar lampu menghambat ngengat masuk ke sela-sela media. Cara paling aman adalah membungkus buku dalam kemasan plastic

dan ditaburi kamper.

REFERENSI

Sadiman, Arif.dkk. 2007. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Ibrahim, H, dkk. 2000. Media Pembelajaran. Malang: Universitas negeri Malang

Widyadani, SB. 2008. Media dan pembelajarannya. Bandung: CV media

Perkasa